“Pak, kapan aku daftar sekolah ke SMP?” tanya Aisah malam itu kepada Darjo.
Darjo tercekat. Batinnya berkecamuk. Ia terdiam beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan anaknya.
“Nanti ya Nak,,, bapak usahakan cari uang dulu. Siapa tahu bapak dapat upahan nyangkul sawah di lahan desa sebelah” jawab Darjo seraya memandangi wajah dan mata Aisah yang bening. Aisah adalah sosok anak yang cantik, periang, polos dan pandai. Sifatnya juga tidak manja dan tidak pernah menuntut banyak permintaan kepada Darjo.
“Aku gak minta tas dan sepatu yang baru kok Pak. Tas dan sepatu waktu SD kemarin masih bagus dan masih muat dipakai” tutur Aisah yang kemudian duduk menyender di badan Darjo yang kurus.
“Aisah juga gak akan minta uang jajan sama bapak. Nanti kalo aku berangkat sekolah, aku mbontot saja dari rumah. O iya pak, aku juga sudah bisa bikin gethuk. Kemarin mamak ngajarin bikin gethuk dari singkong yang sering bapak cabut itu. Aku bisa sambil jualan gethuk di sekolah pak” ujar Aisah penuh harap sambil membayangkan seolah-olah besok pagi ia sudah berada di sekolah SMP.
Darjo mengelus-elus kepala Aisah. Terbesit rasa bangga sekaligus haru di hati Darjo. Bangga karena untuk seumuran anak yang baru lulusan SD, Aisah sudah berjiwa mandiri dan tak malu ingin berjualan gethuk sambil bersekolah untuk menghasilkan uang. Perasaan haru karena Darjo masih belum tahu bagaimana caranya punya uang untuk mendaftarkan Aisah ke sekolah.