Jembatan Gantung Zaman Belanda Minta Perbaikan

sosial Budaya0 Dilihat

[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Berita Suara”]

Baradatu, RWK– Miris, jembatan penghubung antara Dua Kecamatan yakni Kecamatan Baradatu dan Gunung Labuhan, Way Kanan, Lampung yang secara detail terletak di Dusun IV Tiuh Balak 2 menuju kampung Setia Negara, Baradatu hampir tak bisa dilewati. Akibatnya jembatan tersebut menjadi uji nyali bagi warga sekitar yang melintasinya.

Jembatan gantung dengan lebar 1.5 M dengan panjang kurang lebih 50 M serta ketinggian sekira 15 Meter di atas permukaan sungai Way Besai tersebut merupakan jalan Kabupaten, akses vital bagi warga setempat. Tidak hanya mengeluarkan hasil alam para petani, namun juga akses anak-anak sekolah ketika menuju sekolahnya.

Baca Juga  Pustu Kampung Bandar Dalam layani Implant Gratis

Dengan penuh kehati-hatian karena takut jatuh ke bawah (Sungai yang dipenuhi batu red) akibat permukaan jembatan yang bermodal dengan balok-balok kayu lapuk ala kadarnya, itupun juga diperoleh dari swadaya dan kesadaran masyarakat setempat untuk memperbaikinya, sehingga membuat warga melintasinya musti ekstra hati-hati, karena takut tergelincir dan jatuh, apalagi jika mengendarai Motor yang bermuatan penuh musti pelan-pelan jika tidak ingin mendapat merabahaya.

Baca Juga  Polsek Baradatu Terus Berupaya Himbau Warga Patuhi Prokes

“Rasa ketakutan dan was-was akibat jembatan yang naas tak bisa dilewati ini sudah menjadi uji nyali bagi kami, (warga setempat red), karena merupakan akses vital ketika ingin ke pasar Baradatu atau menjual hasil alam serta anak anak sekolah yang musti melewati jalan ini,” keluh Marma (50) warga setempat, Rabu, (14/10)

Selama dirinya hidup di lingkungan tersebut lanjut Marma, ia mengaku jembatan gantung itu memang tidak ada perubahan dan perbaikan yang signifikan, apalagi adanya kontribusi pemerintah itu tidak pernah.

Baca Juga  Baru 2 Bulan Direhab, Bendungan Setia Negara Sudah Rusak Kembali

“Setahu saya jembatan ini memang sudah ada sejak zaman Belanda, tapi ya gini-gini aja tidak ada perubahan, paling sedikit perbaikan dengan adanya gotong royong menggunakan swadaya masyarakat, seperti mengganti papan paving (lantai jembatan red) tetapi kerangka jembatan tersebut sudah sangat mengkhawatirkan karena sudah sangat buruk kalau dibiarkan seperti ini, tidak menutup kemungkinan akan adanya korban jiwa,” Imbuh Marma dengan wajah yang penuh harapan kepada pemerintah daerah Way Kanan untuk memperbaiki jalan tersebut. (RWK/OAF)