Tradisi Nugal/ Najuk Masih Lestari Di Kampung Kayu Batu

sosial Budaya237 Dilihat

[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Berita Suara”]

Gunung Labuhan (RWK)-Tradisi unik  yang termasuk dalam kearifan lokal dan penuh dengan nilai -nilai gotong royong, ramah tamah, saling berbagi, serta kebersamaan begitu kuat yang saat ini masih lestari yaitu Nugal atau Najuk minggu 28/02/2021.

Tradisin ini merupakan suatu kebiasaan yang telah dilakukan  sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi  yang di teruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan.

Nugal atau Najuk adalah tradisi yang hampir punah, menanam jagung atau padi di lahan kering yang di sebut huma (Ladang). Prosesi nugal ini terlebih dahulu dimulai dengan membuka lahan Pullan rimba (hutan rimba) dengan cara di tebang dan di bakar  lahan yang dijadikan huma atau Ladang.

https://luglawhaulsano.net/4/8420418
Baca Juga  Pemasangan Banner Himbauan Cegah Covid-19 Di Kampung Bali Sadhar Utara

Namun, menurut kebiasaan sebelum melakukan kegiatan tersebut para masyarakat di jamu dengan memberi makan dan minum terlebih dahulu. Kegiatan tersebut dilakukan dengan memakai sebatang kayu (Tongkat Kayu) yang dibawahnya di tajam atau di lancipkan yang berfungsi untuk membuat lobang dengan cara menujah bagian dari tanah yang akan di tanam tanaman tersebut.

Baca Juga  P3AP2KB Gandeng Puskesmas Gunung Labuhan, Untuk Pelayanan KB Gratis!

Istilah Nugal ini berasal dari nenek moyang setelah Indonesia merdeka, masyarakat turun ke halaman untuk menanam padi untuk memenuhi sebuah kebutuhan hidup di masa itu. 

Hal itu masih tetap utuh dan menjadi sebuah tradisi yang masih ada di kampung kayu batu dengan generasi yang begitu modern tradisi ini tidak punah di makan waktu.

Seperti tradisi yang tidak tampak lagi pada saat ini, tradisional misalnya Petak umpet, Gundu atau Kelereng, Bola Bekel,  Layang-layang saat musim panen tiba, Gasing, Bola Gasti, hal ini tergerus oleh zaman yang serba modern dengan tehnologi di Abad 21 yang serba menggunakan mesin membuat manusia menjadi malas dan kreatif .

Baca Juga  Masyarakat Pakuan Ratu Kembali Di Vaksin

Anak-anak tidak lagi mengisi halaman rumah melakukan permainan tradisional sekarang lebih asik memegang gudget atau hamdphone Android bahkan permainan tradisional tersebut kalah dari permainan modern seperti Mobile Legend, PUBG dan Free Fire yang marak sedang hint di tahun 2021 ini. 

Bukan saja di mainkan oleh anak-anak tapi juga orang dewasa, permainan ini bisa berdampak buruk bagi psikologis dan bersosialisasi antar masyarakat menjadi berkurang. RWK-W/HABIBI A.P