Harga Anjlok, Petani Di Gunung Labuhan Terpukul

sosial Budaya65 Dilihat

[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Berita Suara”]

Gunung Labuhan – Ditengah maraknya Covid-19 yang melanda perekonomian masyarakat hal tersebut sangat berdampak pada sektor pertanian di kecamatan Gunung Labuhan.

Petani singkong (ubi kayu) di Gunung Labuhan kembali terpukul, lantaran harganya anjlok beberapa Bulan terakhir. pihak Lapak Pembeli Singkong hanya membeli komoditas petani tersebut kisaran Rp 400 hingga Rp hingga 700 per kg, padahal normalnya Rp 900 hingga Rp 1.000 per kg.

Jatuhnya harga singkong di tingkat petani terjadi di Gunung Sari,Bengkulu dan Bengkulu Jaya Para petani di Gunung Sari mulai menjerit dengan harga Rp 600 per kg, sedangkan petani di Bengkulu mengeluhkan harga Rp 700 per kg dan di Bengkulu Jaya petani terima bersih seharga Rp 660 per kg, setelah ada pemotongan.

Baca Juga  Bupati Way Kanan Ikuti, Upacara Virtual Hari Lahir Pancasila

“Pabrik beli singkong kami terlalu murah, kami tidak dapat untung lagi untuk menghidupi keluarga lagi pula pabrik seenaknya menurunkan harga, sedangkan petani tidak bisa berbuat banyak” kata Maman,petani Singkong di Bengkulu.

Dia mengatakan, harga singkong yang diterima bersih petani di Bengkulu Jaya hanya Rp 700 per kg. Sedangkan harga normal bisa mencapai Rp 900 atau Rp 1.000 per kg dengan potongan sekira 15 persen.

Baca Juga  Polsek Negeri Besar lakukan pengamanan Paskah

Sedangkan Marwan, petani singkong di Gunung Sari, mengatakan, jatuhnya harga singkong sudah terjadi beberapa bulan ini. Banyak petani singkong tahun ini merugi, tidak balik modal, karena pengumpul hanya membeli singkong petani yang panen seharga Rp 600 per kg.

“Biasanya harga singkong normalnya Rp 1.000 sampai Rp 1.200 per kg,Hancur kita” kata Marwan,Minggu(28/02)

Baca Juga  Monitoring Dinkes, PPKM Mikro DiKampung Gedung Menang

Menurut dia, harga Rp. 600 per kg tidak bertahan lama dan bisa jatuh lagi seperti biasanya mencapai Rp 500 per kg.

Dia berharap pemerintah membantu petani singkong untuk menstabilkan harga di tingkat petani, karena yang menentukan harga pihak pabrik secara sepihak.

Dia mengatakan, saat ini petani sedang panen singkong dan produksinya meningkat, tapi harga jatuh. Artinya, kata Marwan, produksi singkong meningkat tapi petani tidak mendapatkan untung, malah merugi, karena pabrik menentukan harga sepihak. (RWK/Kadarsyah).