Baradatu (RWK)-Pembelajaran daring seakan memindahkan semua kegiatan pada jari-jemari kita. Jaringan internet menjadi andalan utama dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan pada waktu yang sama di tempat yang berbeda. Tidak ada interaksi langsung antara guru dan murid. Selasa, (10/8)
Ketua PMII Komisariat STAI AL-Ma’arif Way Kanan, Ahmad Apriyadi mengatakan, keterbatasan keterampilan pengoperasian berbagai aplikasi pendukung membuat sajian menjadi garing. Pembelajaran yang seharusnya inovatif, ujung-ujungnya menjadi kegiatan yang menjemukan, ujar Apriyadi
Apriyadi mengatakan deretan permasalahan pembelajaran daring ternyata tidak hanya berhenti di sini. Kegiatan evaluasi pun mengalami kendala yang sangat serius. Kecenderungan siswa untuk mencontek hasil dari siswa lain, mengumpulkan terlambat, bahkan tidak mengumpulkan tugas atau ulangan atau juga tumpukan tugas yang ada pada file penyimpanan guru, menjadi masalah tersendiri, kata Apriyadi
“Kami telah melakukan analisa dilapangan dengan wawancarai beberapa anak, kami meminta mereka untuk menyebutkan butir -butir pancasila, mirisnya pancasila yang seharusnya menjadi modal dasar pendidikan karakter mereka tidak hapal, saya bertanya pada diri saya sendiri bagaimana nilai-nilai pancasila bisa tertanam dalam diri siswa kalau butir-butirnya saja tidak hapal,” kata Apriyadi
Alumni STAI Al Maarif Way Kanan ini meminta Bupati Way Kanan mengambil kebijakan untuk menerapkan pembelajaran tatap muka bagi wilayah yang berstatus zona kuning dan hijau sedangkan yang berstatus zona merah dan orange tetap melakukan pembelajaran daring.
“Saya melihat informasi dihalaman Instagram Dinas Kesehatan Way Kanan ada beberapa kecamatan dan kampung yang berstatus zona orange ataupun hijau walaupun secara keseluruhan Way Kanan berstatus zona orange, Bupati seharusnya peka melihat kondisi sistem pendidikan yang sangat buruk ini dan mengambil langkah yang tepat agar bisa memperbaiki kegagalan pendidikan selama hampir 2 tahun ini,” ujar Apriyadi. (RWK/Andriansyah)