Kemarau, Jagung Gagal Panen di Bengkulu Jaya

sosial Budaya4 Dilihat
Pohon Jagung Sarnan Warga Dusun 3 Kampung Bengkulu Jaya, Kecamatan Gunung Labuhan yang kekeringan

[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Berita Suara”]

Gunung Labuhan-RWK, 5 hektar tanaman jagung milik warga dusun 3 Ajan dalam Kampung Bengkulu Jaya, Kecamatan Gunung Labuhan, Way Kanan diprediksi akan gagal panen. Ini merupakan akibat kekurangan curah hujan terakhir sepekan ini, yang akhirnya mengakibatkan kekeringan.

“Awal Bulan Mei kemarin, sudah kami tanam (Bibit Jagung red) sempat tumbuh subur di awal bulan akan tetapi memasuki akhir bulan Mei curah hujan sangat berkurang sehingga mengakibatkan daun jagung berubah menjadi kuning yang diperkirakan jika tidak hujan kurun waktu satu minggu kedepan akan mengalami mati,”Keluh Sarnan (58) petani jagung dusun 3 Kampung Bengkulu Jaya saat dikonfirmasi radar Way Kanan Senin (14/06)

Baca Juga  Warga Gunung Pekuon Dapat Bantuan Sembako

Ancaman kekeringan tersebut sangat berdampak buruk bagi keberlangsungan produksi hasil petani. Sebab bukan hanya tanaman jagung saja yang gagal panen akan tetapi seluruh lahan pertanian produktif terancam mengalami hal yang serupa yakni kekeringan. Akibatnya para petani akan rugi puluhan juta

“Yah, dipastikan tanaman jagung kami akan mengalami gagal panen akibat kekurangan air, banyak yang mati serta tidak berbuah ada juga yang baru tumbuh serta pertumbuhannya pun lambat batangnya pendek dan daunnya layu,” Terang Masrani (35) yang juga merupakan petani jagung setempat.

Baca Juga  Penandatanganan Berita Acara SDGs Kampung Bali Sadar Utara

Untuk itu, dia berharap supaya Pemerintahan Daerah dapat melakukan pendekatan teknis seperti halnya mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dihasilkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) atau lembaga cuaca lainnya untuk memprediksi terjadinya kekeringan dan menentukan alternatif teknologi antisipasinya.

“Kan dari situ kita bisa menentukan saat dan masa tanam yang tepat dengan memanfaatkan analisis neraca dan kecukupan air untuk mengetahui defisit dan surplus air saat masa tanam yang tepat pada kondisi iklim normal, akan tetapi sejauh ini kami selaku petani tidak mengetahui hal itu,” Pungkasnya. RWK/Oksi.