Petani Padi Mengaku Gembira Hujan Mulai Turun di Wilayah Gunung Labuhan setelah hampir 2 Bulan Kemarau.
Gunung Labuhan (RWK) – Hujan mulai mengguyur lahan pertanian di Kabupaten Way Kanan setelah hampir dua bulan dilanda kemarau membuat petani tidak bisa bercocok tanam.
Seorang petani asal Kampung Bengkulu Jaya kecamatan Gunung Labuhan, Sanenta mengatakan, hujan yang mulai mengguyur membuat sawahnya kembali ada air.
Padahal sebelumnya areal persawahan di daerahnya kering akibat kemarau.
“Tanaman padi saya sebelumnya sudah kering, dan rencana mau saya pompa air dari Sungai karena kita tidak punya irigasi, tetapi sudah hujan, jadi tidak harus lagi mengeluarkan uang untuk biaya bahan bakar mesin pompa,”tuturnya, Rabu(04/11).
Lebih lanjut, Sanenta mengatakan, petani di kampung Bengkulu Jaya harus mengeluarkan biaya antara Rp 40 ribu hingga Rp 60 ribu per sekali suplai air.
Hal itu tergantung luas tanaman padi petani, karena sebagian besar petani memanfaatkan pompanisasi untuk mengaliri air ke sawah mereka.
Sanenta menambahkan, seluruh petani sawah di Bengkulu Jaya hanya memanfaatkan air curah hujan karena selama ini tidak pernah ada pembangunan irigasi.
“Itu sebabnya, kami sangat berharap agar adanya bantuan dari pemeritah seperti adanya tim ahli bidang pertanian yang dapat turun ke lapangan untuk mencari solusi keluhan para petani, karena selama ini petani disini tidak ada yang memanfaatkan air irigasi melainkan hanya dari curah hujan”harapnya.
Bukan hanya petani padi saja yang mendapat berkah dengan mulai masuknya musim hujan.
Petani jagung di kecamatan Gunung Labuhan juga merasa sangat terbantu dengan mulai turunnya hujan.
Terpisah, Endang seorang petani jagung merasa sangat bersyukur akibat turunnya hujan sepekan ini.
“Kalau tidak ada hujan, maka hampir setiap hari kami menyiram tanaman. Tetapi pasca hujan kemarin itu, kemungkinan besar sekitar satu pekan ke depan tidak lagi harus disiram, dan tanamannya juga akan subur,”pukasnya.