[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Berita Suara”]
Pakuan Ratu RWK – menjelang perayaan Hari Raya Nyepi seperti biasanya umat Hindu di Dusun 4 Karang sari Kampung Karang agung, disibukkan dengan beragam persiapan, termasuk membuat ogoh-ogoh untuk karnaval.
Dalam pelaksanaan pembuatan ogoh-ogoh, Made Jarwanto dengan kawan kawan sibuk membetuk dan merapikan. Dengan segala peralatan yang digunakan dibentuk menyerupai makluk.
“Umat Hindu menyebut ini sebagai jelmaan Vira Bhadra,” Ujar Jarwanto saat di konfirmasi oleh Media Koran Harian Radar Way Kanan, Dalam pembuatan ogoh-ogoh ini’ di Balai Kampung Dusun 4 Karang sari Kampung Karang agung Kecamatan Pakuan ratu Kabupaten Waykanan”, pada Saptu (12/2/22).
Jarwanto (Jarwo) menceritakan tentang siapa tokoh yang bernama Vira Bhadra itu. Ia tercipta dari helai rambut Dewa Siwa.
Vira Bhadra adalah sosok jelmaan atas kemarahan Siwa terhadap Prajapati Daksha, seorang raja yang sombong dan angkuh. Diceritakannya bahwa Siwa mempersunting putri dari Prajapati Daksha yang bernama Bhaddakali.
“Aku dikenal sebagai Vira Bhadra dan aku lahir dari amarah Sang Rudra (Siwa) wanita ini (yang adalah temanku) dikenal sebagai Bhaddakali dan ia lahir dari murka para dewi,” ujarnya menirukan ungkapan dari sosok Vira Bhadra.
“Sebenarnya tangannya ada sekitar dua ratusan semua senjata dipegang. Arti nama Vira Bhadara itu amarah dan sahabat para pahlawan. Setiap langkahnya mengeluarkan api,” imbuh Jarwanto.
Dia juga menuturkan kepercayaan Hindu biasanya akan mencari hari baik sesuai dengan penggakan Bali jika hendak membuat suatu bagan rangka ogoh-ogoh. Begitu juga di saat akan membuat bagian kepala ogoh-ogoh.
Di saat organ tubuh ogoh-ogoh sudah sempurna, kemudian dilakukan suatu ritual yang disebut Melaspas atau pengisian roh (kala) agar ogoh-ogoh yang dibuat memiliki kekuatan dan berisi (metaksu).
Setelah itu barulah diketahui nama dari ogoh-ogoh tersebut sesuai dengan kala yang diberikan oleh pemangku. Ritual melaspas dipimpin oleh pemangku atau pemuka agama yang ada di setiap pura banjar.
Setelah karnaval ogoh-ogoh digelar, sang pemangku akan memercikkan air suci sebagai simbol mengeluarkan kala dari tubuh ogoh-ogoh Ungkap Jarwanto, dan masih dalam proses pembuatan tutupnya, RWK/Azhari.