Dilema Petani Karet Jika Hujan

Pemerintahan5 Dilihat

[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Berita Suara”]

Gunung Labuhan, RWK– Di awal musim penghujan membuat petani karet dilema, hal ini lantaran rutinitas penyadap (menderes_red) dikurangi karena pohon karet rentan mati kulit dan produksi kurang baik jika dipaksakan Minggu, (5/12)

Hal tersebut dirasakan Duwin (29) salah seorang petani karet Wilayah Kecamatan Gunung Labuhan. Dirinya sengaja menghentikan aktivitasnya menyadap karena iklim (musim hujan) yang intensitasnya sehari dua hari ini cukup tinggi.

Baca Juga  Mengingat Curah Hujan Yang Tinggi Camat Negeri Agung Meninjau Kampung-Kampung Yang Sering Terkena Banjir

“Sengaja mas, kami tidak menderes di musim hujan seperti sehari dua hari ini, karena jika kami paksakan, selain getah karet tidak membeku karena campur dengan air hujan juka rentan mati kulit jika dipaksakan, ” keluh Duwin, saat dikonfirmasi wartawan koran ini, Minggu, (5/12)

Hal itu yang membuatnya gelisah galau merana (gegana_red) akibat perekonomian keluarganya terpuruk.
Padahal menurutnya harga karet sudah mulai stabil.

Baca Juga  Bopri : Penerima BLT DD Harus Sudah Vaksin

“Baru saja lepas landas dengan semangat yang menggebu-gebu untuk menyadap karet, karena harga sedikit stabil, namun dihadapkan dengan iklim yang tidak bersahabat, tapi jadilah kita harus tetep bersyukur, ” cetusnya.

Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan Mantri (34) yang merupakan petani jagung Kecamatan Baradatu, dengan curah hujan yang cukup tinggi seperti ini membuatnya bersyukur dan tersenyum lebar, akibat jagung yang baru ia pupuk langsung diguyur hujan sehingga tanamannya subur.

Baca Juga  "Bangga " Putra Way Kanan Lulusan Terbaik Setukpa Polri 2021

“Alhamdulillah mas akhirnya hujan juga, kemarin itu saya sangat khawatir, sebab setelah memupuk namun tak kunjung hujan-hujan, mungkin ini jawaban dari do’a saya, semoga saja hujan ini berkepanjangan, ” ujarnya. RWK- Oksi.