RADARWAYKANAN.COM- Memasuki awal penghujan kesempatan terbaik Petani. Bahkan jauh sebelumnya telah menanti. Berlomba-lomba menyiapkan lahan bercocok tanam. Ada yang sudah menggunduli perkebunan karetnya, sawit, kopi bahkan kebun lada semua beralih ingin menanam jagung. Spekulasi tersebut diambil lantaran bertani jagung lebih menjanjikan katanya.Tetapi sejauh ini membuat mereka (Petani red) Gelisah galau merana (Gegana), sebab harapan sebelumnya harga jagung tinggi namun belakangan ini justru merosot tetapi sudah kadung nanggung. Maju kena mundur kena.
“Sudah terlanjur basah sekalian saja ngejebur. Kami jadi panik. Saat musim penanaman saja harga jagung anjlok berkisar Rp 2.500 per kilogram, apalagi kalau panen raya bisa jadi turun drastis. Ditambah harga bibit mahal, pupuk subsidi langka. Yah anggap saja ini pengalaman pertama,”keluh Jarkasih yang baru mencoba bertani jagung bertransportasi dari petani karet.
Rupanya, lanjut Jarkasih. Mencari pupuk saja sangat sulit, meskipun dirinya berhak mendapat pupuk subsidi.Menurutnya kondisi tersebut benar-benar menyebalkan.
“Sudah bibit mahal, pupuk langka, pestisida mahal kemudian harga jagung murah, mau ketawa dibuatnya. Entah apa trobosan pemerintah dalam hal ini, sama sekali tidak saya rasakan dalam bidang pertanian ini,”tandasnya.RWK/Oksi.