RADARWAYKANAN.COM, Gunung Labuhan -Pemilih muda di Kabupaten Way Kanan kini tengah menjadi sasaran dan sumber suara kuat bagi para kandidat Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur maupun Calon Bupati Dan Wakil Bupati untuk bertarung di pilkada serentak 2024.
Pasalnya, Di Kecamatan Gunung Labuhan sebanyak 20.021 pemilih pada Pilkada Serentak 2024 diwarnai dengan dominasi kelompok Generasi Z dan Milenial yang memiliki potensi besar untuk menentukan arah bangsa. Dominasi pemilih muda saat ini menjadi isu penting sekaligus membutuhkan perhatian khusus dikarenakan pemilih muda cenderung lebih kritis, selektif, dan dinamis.
Akan tetapi sangat disayangkan. Di Gunung Labuhan sendiri, di balik riuh ramai pemilih muda di Kecamatan Gunung Labuhan, berdasarkan investigasi Radarwaykanan.com di 21 Kampung sekitar 70% dari total pemilih muda yang berkisar usia 19 – 30 tahun belum menentukan pilihannya.
Namun, pemilih muda di Kecamatan Gunung Labuhan lebih mendahulukan perubahan daripada keberlanjutan. Hal ini didasari oleh beberapa Faktor baik Infrastruktur, SDM maupun tata kelola pariwisata.
“Kalau untuk pilihan saya belum menentukan pilihan kedua calon semuanya bagus, baik calon Gubernur Maupun Bupati, akan tetapi siapapun nanti yang terpilih saya berharap Kabupaten Way Kanan akan menjadi lebih baik lagi”ujar NG warga Kampung Gunung Baru Kecamatan Gunung Labuhan.
Hal senada disampaikan AR warga Suka Negeri Kecamatan Gunung Labuhan dirinya pun belum menentukan pilihan, sebab dari kedua calon dirinya belum mengetahui apa visi-misi yang diusung masing-masing calon. Hal ini menurut dia kurangnya sosialisasi terkait visi-misi calon.
“Bicara masalah pemilihan tentu nanti saya akan menyumbangkan suara pada waktu hari pemilihan akan tetapi, untuk saat ini belum ada pilihan, sebab saya belum mengetahui apa visi dan misi calon karena, sosialisasi saya tidak tau, kampanye dari calon untuk kampung Suka Negeri belum ada.bagi saya yang terpenting adalah, siapapun yang terpilih nantinya kami minta infrastruktur diperbaiki, baik Jalan Kampung Maupun Jalan Kabupaten sebab mengingat di Way Kanan ini banyak sekali sektor pariwisata yang seharusnya ditunjang oleh infrastruktur yang memadai. Bagaimana kita ingin maju jika infrastruktur nya saja tidak memadai. Kita jangan bicara tentang jalan provinsi sebab itu sudah pasti bagus. Dan jarang sekali saya temui, sektor pariwisata yang dilintasi oleh jalan provinsi hampir semuanya dilintasi jalan kampung maupun Jalan Kabupaten”paparnya.
Berbeda halnya dengan pemilih dewasa yang didominan oleh bapak-bapak yang berusia 40-50 tahun yang lebih mendahulukan prekonomian kabupaten Way Kanan sehingga untuk pemilih bapak-bapak lebih ke keberlanjutan yang hampir mencapai 90%.
“Ya tetap yang lama, wong itu yang udah kita kenal. Tapi satu kami minta pak Ali Rahman jika terpilih ya usahakan lah ekonomi di Way Kanan ini lebih meningkat supaya Kabupaten Way Kanan lebih maju lagi, kalau bisa karet, jagung, sawit itukan ada pabriknya sendri di Way Kanan tapi harga nya tetap ga keluar dari Way Kanan tetap segitunya saja”terang PN warga Bengkulu.
Di balik fakta tersebut, kini kembali ramai fenomena kaum ibu di kabupaten Way Kanan yang memutuskan untuk berlabuh dan memantapkan diri ke calon Nomor urut dua menjelang Pilkada 2024 ini. Kehadiran mereka sebagai representasi kaum ibu dalam dunia politik bak amunisi baru di arena pertempuran, hal ini tentu keterlibatan Calon Wakil Bupati Nomor urut dua ayu asalasiayah yang berhasil menarik simpatis para emak-emak.
Fenomena ini bukan kali pertama di Way Kanan, jika menilik Pada Pilkada sebelumnya pada Tahun 2020 salah satu calon bupati juga diwakili oleh Wanita asli Way Kanan namun, tidak sebegitu menarik seperti Tahun 2024 ini.
Namun nyatanya, keterwakilan Ayu Asalasiayah sebagai representasi ibu-ibu dengan melambangkan kedekatan usia tidak lagi relevan dengan Pemilih Remaja Putri. simbol perubahan yang selalu digaungkan Calon Bupati Nomor Urut Satu Resmen Kadapi kerap kali dapat mewakili kepentingan Generasi Muda terutama anak muda dengan preferensi kebijakan yang lebih liberal.
Selain faktor di atas, kita mengetahui bahwa keluarga merupakan elemen pokok entitas pendidikan dalam membentuk kepribadian seseorang hingga menanamkan berbagai kebiasaan pada seorang anak. Kini nyatanya, kita tidak bisa menampik bahwa keluarga juga memiliki peran besar dalam mengarahkan pemilih untuk menentukan sikap politiknya dalam memilih Kepala Daerah karena hal tersebut berkaitan erat dengan afiliasi keluarga terhadap suatu calon.
Bahkan terkadang, keluargalah yang memperkenalkan pendekatan meja makan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap dinamika politil yang bergejolak menjelang pesta demokrasi. Tidak hanya interaksi yang tumbuh secara tatap muka di dunia nyata, gelombang komunikasi para calon di dunia maya nyatanya dianggap relevan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilih muda untuk menentukan pilihannya. (RWK/Kadarsyah)