[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Berita Suara”]
Negeri Besar RWK,– Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dikematan Negeri Besar turun secara drastis. Padahal, pada tanggal 27 januari 2022 dan 28 januari 2022 pagi, harga sawit masih menggembirakan bagi petani, yaitu berkisar Rp 3.350 per kilogram yang ditampung oleh pihak Pabrik Kelapa Sawit (PKS) atau Rp 3000 hingga Rp 3.150 per kilogram di tingkat petani.
Namun, pada Sabtu (29/1/2022) pagi, harga sawit turun secara drastis mencapai Rp 900 per kg, atau Rp 2.400 per kg ditingkat petani.
Salah seorang petani sawit dikecamatan Negeri Besar , (RB) 40 tahun saat dikonfirmasi Media , membenarkan harga TBS yang terjun bebas dalam 4 hari tersebut.
“Ia benar, turunnya sangat drastis mencapai Rp 900 per kilo dari harga sebelumnya,” ujar RB Petani sawit di kecamatan Negeri Besar ini.
Akibat turun harga sawit RB mengaku mengalami kerugian mencapai jutaan rupiah.“Saya rugi mencapai Rp 3 sampai 4 juta lebih.
“Menurutnya, turunnya harga TBS itu, dipicu turunnya harga CPO dunia, sehingga berimbas pada TBS.
Ia berharap ke depan, jika ada penurunan harga secara drastis itu, ada dispensasi kepada para petani Sawit.
“Karena CPO turun, makanya seperti ini, tapi ini sangat terasa, karena dalam hitungan Hari , padahal baru saja kami petani sawit ini bergembira karena kanaikan harga mencapai 3.350 per kg
Sementara itu melalui Unggahan Laman Facebooknya Anggata DPRD Kabupaten Wayakanan Yuliyus Arifien Jaya SE., MM berkomentar Atas turunnya harga TBS
UWES… ANGEL
Rejeki nomplok bagi petani sawit nampaknya akan segera pudar seiring kebijakan pemerintah menurunkan harga minyak goreng menjadi maksimal Rp14 ribu/liter. Betapa tidak ditengah euforia kenaikan harga sawit dunia (saat ini tertinggi sepanjang masa lho.. RM5.550/MT), mulai hari ini tanggal 29 januari harga tandan sawit anjlok Rp1.000/kg. Paraaaahhh….
Harga minyak goreng Rp14 ribu itu bukan harga subsidi lho…. tapi pengusaha sawit/minyak goreng diminta memenuhi stok dalam negeri dulu, sisanya baru boleh diekspor. Jelas…. pada ujungnya ya petani sawit yang dirugikan karena ada perbedaan harga signifikan antara ekspor dan lokal.
Miris memang, paradoks bahwa hanya petani yang tidak boleh “kaya” di negeri +62 ini nampaknya benar adanya. Padahal ada puluhan triliun dana yang dikelola Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit mengendap. Mengapa pemerintah tidak menggunakan dana ini untuk subsidi minyak goreng daripada mengorbankan nasib jutaan petani sawit yang luas lahannya pun sangat terbatas. RWK/JS