Gunung Labuhan (RWK) — Masyarakat Way Kanan merupakan masyarakat agraris karena dapat disebut sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor pertanian atau bercocok tanam (Bertani). Sehingga dari kehidupan agraris ini tidak mengherankan jika muncul kearifan lokal berupa tradisi dan menjadi sebuah produk budaya atau adat terkait tata cara, pengelolaan pertanian.
Dalam hal ini termasuk jabatan Kepala Kampung, selain sebagai pemimpin pemerintahan di tingkat Kampung, kepala Kampung juga tentu harus melebur diri untuk ikut andil dalam segala aktivitas ataupun kegiatan masyarakatnya.
Kepala Kampung Gunung Sari Kecamatan Gunung Labuhan, Kabupaten Way Kanan Hendra Gunawan menjelaskan bahwa selayaknya seorang pemimpin harus melebur dan bersatu kepada masyarakat, supaya lebih dekat dan memahami secara personal apa yang menjadi keluhan masyarakat.
“Kita seorang pemimpin, apalagi kepala kampung yang notabenenya hidup di tengah-tengah masyarakat, tentu kita betul-betul harus mengikuti arus dan pergejolakan masyarakat yang ada, dan kita harus memposisikan diri disitu, yah.. namanya pemimpin harus hidup di segala sektor, tidak hanya dalam pemerintahan saja,” Ujar Hendra saat dikonfirmasi yang dirinya tengah sibuk sarapan pagi bersama masyarakat setempat yang akan membenih tanaman padi di lahan pertaniannya, diketahui pembenihan padi ini dikenal oleh masyarakat setempat dengan istilah nugal (Bahasa Lampung red).
“Tradisi menanam padi seperti ini memang sudah secara turun temurun masih dilaksanakan di Kampung Gunung Sari, hal ini menunjukkan bahwa kekompakan masyarakat masih ada, tidak semua diukur oleh materialistis akan tetapi kekeluargaan itu yang paling utama,” Tambah Hendra, Rabu (11/11).
Terpisah Menurut Marwan, bahwa dalam tradisi Nugal tersebut tidak hanya berlaku untuk tanaman padi saja, juga berlaku untuk tanaman jagung. Dan hal ini salah satu bentuk gotong-royong dari masyarakat setempat.
“Jadi memang seperti ini Mas, masyarakat setempat kompak, apalagi sudah memasuki musim penanaman Padi ataupun jagung seperti ini, kita saling bahu-membahu satu sama lainnya, tolong menolong dalam bermasyarakat, tidak hanya di sektor pertanian di aktivitas kampung lainnya juga kita hidupkan budaya gotong royong,” Imbuh Marwan. Rabu (11/11).
Masih kata marwan bahwa hal semacam ini jangan sampai hilang dan melebur dari masyarakat Kampung.
“Semoga tradisi Gotong-royong semacam ini tetap hidup serta bertahan di masyarakat Kampung, kita tunjukkan bahwa tidak semua hal itu diukur oleh materialistik,” Imbuh Marwan, Rabu (11/11).
RWK/Oksi a.f.