Negara Batin (RWK)- Warga Negara Batin mayoritas petani tebu di kampung Adi Jaya, Kecamatan Negara Batin, Kabupaten Way Kanan, meskipun mayoritas petani tebu namum tak merasakan manisnya gula.
Salah seorang warga kampung Adi Jaya Sofyan mengatakan, selama ini petani tebu di sentra penghasil gula Way Kanan selalu terkendala dengan harga penjualan tebu yang semakin murah.
Sementara, harga bahan pokok seperti beras untuk kehidupan sehari-hari petani terus merangkak naik dan semakin mahal. Permasalahannya muncul karena ketidak seimbangan antara penghasilan produksi petani tebu dan pedagang gula.
“Harus ada regulasi yang mengatur keseimbangan itu. Sehingga, petani tebu pun merasakan manisnya gula. Selama ini petani tidak merasakan manisnya gula, karena harga jual tebu murah sedangkan harga gula terus mahal,” jelas Sofyan, Minggu(20/12).
Hal itu diungkapkan Sofyan bersama warganya yang mayoritas petani tebu mengeluhkan harga tebu yang terus mengalami penurunan. Saat harganya turun, otomatis berdampak pada kondisi ekonomi masyarakat sekitar.
“Harga tebu sedang murah sekali, sementara beras mahal. Warga disini kan kebanyakan petani tebu, jadi terasa sekali kalau tebu sedang murah, pasti ekonomi repot,” katanya.
Lebih Lanjut Sofyan mengatakan harga tebu hingga kini cuma Rp. 500;- /KG namun Gula mencapai Rp. 13, 000/KG
“Sekarang cuma Rp.500;- itu saja paling mahal Rp. 600″pukasnya.
Selain kendala dalam harga jual tebu, petani setempat juga dihadapkan pada persoalan semakin maraknya wabah Covit-19 di Way Kanan yang tambah hari pasien pun semakin bertambah.Kadarsyah