[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Berita Suara”]
Negeri Agung (RWK), – Ditengah deraan pandemi corona yang masih belum kunjung usai, masyarakat Way Kanan yang 80% adalah berpropesi sebagai petani dikejutkan dengan melonjaknya harga Minyak semprot pembasmi rumput (Pestisida Red) dari harga sebelumnya.
“Sekarang ini benar benar masa yang sulit bagi kami para petani, disatu sisi kami harus terus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, disisi lain untuk keluar rumah mencari kerja kami masih takut corona dan masih banyak lagi persyaratan yang harus kami penuhi, mirisnya lagi saat hendak menggarap kebun harga minyak semprot ( Obat rumput red ), naik tinggi bahkan ada yang naik 40 bahkan sampai 50 persen.”keluh Syarif warga kampung Bandar Dalam
Selain menjerit Syarif pun merasa kebingungan karna menurutnya walaupun mahal petani terpaksa beli racun rumput walaupun dengan cara apapun.
“Karna kita petani tanpa menggunakan racun kita kewelahan hadapi rumput masa kini.”tutur syarif dengan nada bingung
Sedangkan Pemilik Kios Tini saat dikonfirmasi terkait harga Pestisida yang sangat mahal, Menurut tini harga naik drastis tahun ini dikarenakan adanya kendala pada bahan aktif disemua pestisida.
“Harga naik drastis tahun ini dikarenakan adanya kendala pada bahan aktif disemua pestisida. Dimana biasa nya Minyak semprot pembasmi rumput dengan merk Bionasa di bandrol dengan harga Rp.60.000/liter kini tembus Rp.110.000/liter, sedangkan obat rumput sapu bersih saat ini di bandrol dengan harga Rp.93.000/liter,”ujar Tini
Terpisah, Ketua Harian DPP Empati Way Kanan, Adi Suratman menyangkan kenaikan harga pestisida, permasalahan petani khususnya di Kabupaten Way Kanan seakan tak kunjung habis seakan silih berganti, mulai dari harga pestisida yang melambung naik hingga saat ini, ditamba lagi sulitnya mendapatkan pupuk subsidi.
“Menyikapi kondisi seperti ini kiranya pihak-pihak terkait harus turun tangan. Minimal menelusuri penyebab kenaikan harga dimana sangat memberatkan petani, yang akhirnya bermasalah pada hasil bumi.
Saya berharap produsen atau distributor kiranya tidak berspekulasi mengambil keuntungan berlebihan dari petani. Dinas Pertanian dan Dinas Perdagangan Kabupaten Way Kanan kiranya dapat memantau hal ini di lapangan,” tegasnya.(RWK/Alba)