[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Berita Suara”]
Blambangan Umpu RWK-Pemerintah Daerah melalui pemerintah Kampung diminta sigap dalam penangulangan bencana banjir terutama pada sektor pertanian, tidak sedikit para petani Padi di persawahan akan mengalami kegagalan saat musim penghujan seperti saat ini akibat curah hujan yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan luapan sungai sehingga berdampak banjir pada lahan persawahan dan dari permasalahan tersebut ada beberapa paktor penyebab terjadinya banjir di persawahan seperti kurangnya bahkan tidak terdapat irigasi sebagai pengairan sawah.
Dampak perubahan iklim adalah kondisi kerugian dan keuntungan, baik secara fisik, produk, maupun secara sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh cekaman perubahan iklim. Sektor pertanian, terutama subsektor tanaman pangan (padi), paling rentan (mempunyai tingkat kerentanan paling tinggi) terhadap perubahan iklim karena tanaman pangan umumnya merupakan tanaman semusim yang relatif sensitif terhadap cekaman (kelebihan dan kekurangan) air, meningkatnya frekuensi cuaca ekstrim, dan curah hujan yang lebat dan menyebabkan banjir, adalah hanya sebagian contoh kecil dari akibat perubahan iklim.
Seperti yang terjadi di kampung Pakuan Sakti Kecamatan Pakuan Ratu dan Kampung Bengkulu Jaya Kecamatan Gunung labuhan, akhir-akhir ini diprediksi akan mengalami gagal panen yang disebabkan oleh dampak hujan sehingga banjir pada lahan pertanian sawah warga.
Dengan adanya perubahan tahun-tahun ini mengakibatkan dampak pada lahan pertanian khususnya dalam pengaturan air untuk tanaman padi semangkin kurang baik kadang kekurangan dan kelebihan air tidak begitu stabilnya untuk perairan tanaman padi sehingga hal ini dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan dan perkembangan tanaman padi untuk masa vegetatif dan generatif.
“Sejak hujan pertama waktu itu disertai angin kencang padi kami ikut di gulung angin sehingga membuat batang padi kami patah dan rusak parah, kurang lebih sawah saya ini seluas satu hektar, dan mirisnya di setiap petak banyak yang rubuh (rusak) karena angin beberapa kemarin,” Keluh Nenta Salah satu petani di Kampung Bengkulu Jaya kecamatan Gunung Labuhan.
“Kalau di hitung-hitung modal saya untuk pengelolaan padi ini berkisar lima juta rupiah, dan kemungkinan besar saya akan mengalami kerugian atau bahkan gagal panen,” Imbuhnya Sanenta sembari menggeluh.
Swasembada beras tersebut dapat dicapai dengan pengelolaan irigasi yang baik dan teknik budidaya tanaman padi yang diterapkan petani sesuai anjuran serta dukungan dari berbagai pihak yang terkait.
Hal senada dikatakan oleh Usup Warga Pakuan Sakti yang memiliki lahan persawahan kurang lebih 3 Ha dengan memiliki irigasi namun kurang memadai sehingga luapan iar sungai ketika curah hujan berlebihan irigasi tidak dapak digunakan sebagai pengendali penyesuaian air yang masuk ke sawah sehingga berdampak pula pada lahan sawah miliknya.
“tempo hari disini terjadi banjir bandang sehingga masuk ke sawah, tidak menutup kemungkinan akan berakibat pada kegagalan panen”keluhnya.
Penggunaan air irigasi dapat dilakukan secara efesien dan efektif sesuai dengan volume air yang ada dapat dilakukan seperti, pembuatan bendungan, saluran primer, sekunder dan tertier, dengan pemeliharaan bendungan dan saluran tersebut maka air yang ada benar-benar dapat dialirkan ke persawahan para petani yang menanam padi.
Tapi sangat disayangkan irgasi yang ada di pakuan Sakti kurang memadai sehingga perlu perbaikan dan pemeliharaan jika diperlukan pemerintah dapat menambah irigasi pada lahan pertanian warga, seperti di Kampung Bengkulu Jaya yang tidak memiliki irigasi sama sekali untuk pengolahan sawah masyarakat.
Pemerintah daerah maupun pemerintah daerah diminta bijak dalam mengambil keputusan terutama dalam penangan bencana yang berdampak pada sektor pertanian agar dapat mencegah terjadinya gagal panen yang dialami masyarakat Way Kanan. (RWK-K/Ardima)