[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Berita Suara”]
Gunung Labuhan RWK,- Sejumlah petani kopi di Kabupaten Way Kanan mengeluhkan harga biji kopi yang anjlok berkisar Rp18.000 per kilogram.
Salah satu petani kopi di Kampung Bengkulu Jaya Kecamatan Gunung Labuhan, Way Kanan Asni (58) mengatakan, karena turunnya harga biji kopi, maka kebutuhan ekonomi keluarganya kalang- kabut tidak stabil, sebab penghasil utamanya adalah Kopi, namun terakhir belakangan mengalami kemerosotan harga.
“Karena harga sekarang tak bisa memenuhi, sedangkan puluhan tahun silam saja harga hampir sama dengan sekarang, kalau menurut saya ini tidak seimbang jika dilihat dari standar kebutuhan ekonomi sakarang, kalau dipertahankan secara terus -menerus bukan membuat ekonomi meroket yang ada kebalikannya yakni tekor ,” kata Asni, Kamis (3/06)
“Dengan harga jual Rp17.000 per kg, dan paling tinggi Rp18.000 per kilogram (dijual dengan cingkau red), itu tidak sesuai karena ada beberapa biaya yang harus dikeluarkan mulai dari upah petik, dan juga upah angkut dari kebun serta biaya gilingnya,” Keluhnya.
Senada dengan Sri, yang juga petani kopi mengatakan, anjloknya harga kopi saat ini membuatnya kecewa, latar belakang kekecewaannya itu disebabkan tidak sesuainya biaya perawatan dengan harga kopi saat ini, apalagi di tengah Pandemi Covid-19 yang kian merebak, kebutuhan keluarga harus tetap dipenuhi disisi lain sektor pencaharian terbatas.
“Semestinya di Pandemi Covid-19 saat ini tidak mengurangi nilai jual kopi. Tapi ini tidak, malah harganya merosot tidak sebanding dengan kebutuhan sandang pangan dan papan yang semuanya melejit, kami musti mengadu kepada siapa lagi kalau tidak sama pemerintah,” Tegasnya.
Sri berharap pemerintah daerah dapat memberi perhatian agar harga biji kopi bisa naik.”Kami berharap pemerintah dapat memperhatikan keluhan ini, jangan sampai fokus terhadap penanganan Covid-19 saja, sektor lain juga perlu diperhatikan, seperti halnya hasil alam seperti ini,” Pungkasnya.RWK/Oksi.