[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Berita Suara”]
Gunung Labuhan, RWK – Tingginya curah hujan di wilayah Way Kanan membuat petani karet tidak bisa beraktifitas seperti biasa. Hal ini sudah terjadi dalam dua pekan terakhir. Sehingga membuat petani karet cukup terhambat.
Edwin ( 29) salah satu petani karet di Kecamatan Gunung Labuhan mengatakan, sudah hampir dua pekan ini terus menerus hujan deras. Sehingga para petani karet tidak bisa melakukan pekerjaan seperti biasa.
“Musim hujan memang pasti terjadi setiap tahunnya, itulah yang menjadi salah satu kendala sebagai petani karet, karena kualitas karet yang bagus dan cara mengambil getah karet itu sendiri batangnya harus dalam kondisi kering, sehingga memudahkan kami untuk menderes getahnya, saat ini jangankan batangnya kering bahkan kami tidak bisa berangkat menderes karena di pagi hari kerap kali datang hujan,” Katanya
Dia menuturkan, jika hujan sudah mulai turun dirinya memilih untuk tidak menyadap karet, lantaran menurut dia, getah karet tidak akan masuk kepenampungan karena air hujan yang mengaliri dinding pohonnya membuat getah tercampur dengan air hingga larut (tidak terkumpul red).
“Kalau hujan sudah turun, lebih baik saya diam serta memilih tidak bekerja, karena percuma jika hujan getahnya tidak masuk ke penampungan dan keluar dari jalur yang sudah dibuat. Oleh sebab itu, petani karet jika sudah hujan pasti sedih,” ungkapnya.
Senada dengannya, Lukman (22) petani karet Kampung Bengkulu Jaya, mengungkapkan hal yang sama, meskipun kerap kali terjadi hujan turun akan tetapi dirinya menekuni pekerjaan tersebut, karena menurutnya pekerjaan sebagai penyadap karet merupakan satu-satunya pilihan.
“Ini semua sudah ketentuan musim yang harus kita syukuri, dengan cuaca seperti ini tentunya kita harus profesional dalam menyikapi perubahan iklim seperti ini,” ucapnya.
Ia menyebutkan harga karet saat ini merangkak naik sebesar Rp 500 per kilogramnya. “Iya memang harga getah yang ditimbang mingguan ini mulai naik, dari Rp6.500 per kilogram menjadi Rp7.000 per kilogram,” ujar dia.RWK/Oksi